Kamis, 19 Mei 2016

Bukan Bawa Daun, tapi Bawa Uang!


Dua hari yang lalu saya memutuskan untuk pergi ke salon selepas jam kantor. Sementara menunggu antrian, datang seorang ibu dengan penampilan modis dan cantik beserta seorang anak perempuannya. Ibu ini cukup menarik perhatian saya kala itu, bahkan saya sempat berpikir bahwa beliau adalah istri salah satu pejabat di kota ini. 

Ketika rambut saya sedang dicuci, saya tidak sengaja mendengar percakapan para karyawan salon tersebut tentang seorang ibu yang, menurut mereka, agak sombong, dan bla bla bla.. Saya tidak terlalu mempedulikan percakapan tersebut dan melanjutkan perawatan rambut saya. 
   
Tidak lama setelah itu, saya mendengar kehebohan di luar ruangan perawatan rambut, dan sayapun melongok keluar ruangan. Rupanya, ibu yang sempat menarik perhatian saya sebelumnya itu sedang berbicara dengan nada yang cukup tinggi kepada para karyawan salon tersebut. entah apa saja kalimat yang ia ucapkan, hanya satu kalimat yang membuat saya terhenyak, “… saya datang di salon ini bukan bawa daun, tapi bawa uang!” dan bla bla bla.. Lalu ia pergi meninggalkan salon, menyisakan saya, para karyawan salon, dan beberapa pelanggan salon yang hanya bisa terdiam. 
   
Selidik punya selidik, rupanya ibu itulah yang diperbincangkan oleh para karyawan salon sebelumnya. Saya hanya bisa menarik nafas panjang, berpikir mungkin ia mendengar perbincangan para karyawan salon tersebut sehingga menjadi emosional. Dan kalimat “bukan bawa daun, tapi bawa uang” ini malah menjadi bahan lelucon para karyawan salon.  
   
Terkadang, emosi membuat kita mengeluarkan perkataan tanpa terlebih dahulu memikirkan akibatnya. Para karyawan salon mungkin tidak sadar bahwa kemarahan ibu itu merupakan akibat perbincangan mereka yang mungkin tak sengaja terdengar olehnya. Dan ibu itu mungkin berpikir bahwa ucapan kemarahannya akan membuat para karyawan salon takut dan meminta maaf, namun sebaliknya mereka justru menertawakannya di belakang.
   
Kejadian ini mengingatkan saya akan ucapan seorang raja yang dikenal karena kebijaksanaannya, Salomo, yang berkata: "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa menahan bibirnya, berakal budi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar